Air mata berlinang ketika membereskan buku-buku yang telah saya gunakan untuk ujian akhir, terlebih lagi saat melihat teman-teman berangkat kuliah. Untuk mengobati rasa kekecewaan Bapak menjanjikan saya mengikuti kursus mengetik dan komputer supaya tidak lagi menyebut kata-kata kuliah. Saat itu ijazah kursus bisa digunakan untuk mendapakan pekerjaan atau mengikuti tes CPNS.
Tanpa sepengetahuan saya, Bapak mengayuh sepedanya menuju rumah Kepala MI (Madrasah Ibtidaiyah) setingkat sekolah Dasar, sekolah tersebut berlokasi persis di depan rumah saya. Bapak meminta agar saya dapat diterima sebagai guru honorer, mengabdi di sekolah tersebut. Saya pun diterima karena ijazah saya sesuai dengan bidang yang beliau cari yaitu guru umum. Saya tamatan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sumbawa Tahun 1994 dari jurasan Ilmu Biologi, sekarang sekolah tersebut sudah menjadi MAN 1 Sumbawa. MI pada masa itu sangat minim guru umum, semua gurunya adalah pengangkatan Depag (sekarang Kemenag) dan berstatus guru agama yang berasal dari lulusan PGA.
Saya diterima menjadi guru honorer Bulan November 1994 dan mengajar di kelas 6 mata pelajaran Matematika dan IPA. Perlahan-lahan saya belajar dan menerapkan ilmu yang saya miliki.
Walaupun telah menjadi guru honorer tak menyurutkan keinginan saya untuk mengikuti kursus seperti apa yg Bapak janjikan, kebetulan MI tempat saya mengabdi melaksanakan pembelajaran pada siang hari karena belum memiliki lokal sendiri hingga numpang dengan SMP. Saya gunakan kesempatan pagi hari untuk mengikuti kursus mengetik dengan program kilat selama sebulan setengah. Hal ini menambah pengalaman dan aktivitas saya, selain menjadi guru honorer juga belajar administrasi. Semua administrasi sekolah seperti laporan bulanan, surat menyurat, dan beberapa soal saya yang menyelesaikannya.
Tahun 1995, paman saya (kakak Bapak) yang tugas di Mataram pindah tugas ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sumbawa sebagai kepala sekolah. Beliau kekurangan pegawai yang membantu dalam surat menyurat. Saya pun diajak beliau menjadi pegawai di madrasah tersebut. Saya menerima tawaran tersebut karena tidak mengganggu kegiatan mengajar pada siang harinya. Berselang beberapa bulan rutinitas ini saya lakukan, semuanya berjalan lancar. Rutinitas tersebut tak membuat saya puas karena masih banyak yang belum saya ketahui. Saya pun menagih janji kepada Bapak agar mendaftarkan saya pada sebuah lembaga kursus komputer “Hati Mulya” di kota tempat saya tinggal. Saya mengikuti kursus komputer dengan program lotus 123 hingga program we see wig saat itu dengan meminta persetujuan paman sebagai kepala sekolah, karena waktu pelaksanaan kursus adalah di pagi hari. Saya diberikan izin untuk mengikuti kursus tersebut dan berlangsung selama tiga bulan dengan pertemuan tiga kali seminggu selama dua jam tiap pertemuan. Alhamdulillah dua Ijazah kursus sudah saya raih.
Tahun 1997 MAN Sumbawa menerima bantuan berupa komputer dan semua administrasinya mulai beralih ke komputer. Saat itu ada tiga pegawai yang memiliki sertifikat kursus komputer, dan saya adalah satu-satunya orang yang memiliki program lotus, dimana program tersebut digunakan dalam membuat daftar gaji. Akhirnya saya ditunjuk menjadi operator yang bekerja sebagai pendamping bendahara. Di tahun yang sama saya ditunjuk oleh Kepala MI tempat saya mengabdi untuk mengikuti diklat guru profesional di LPMP Mataram. Bangga rasanya bisa berkumpul dan belajar bersama guru-guru senior dari seluruh kabupaten dalam provinsi NTB. Kegiatan tersebut merupakan pengalaman pertama saya mengikuti pelatihan dalam profesi guru, walaupun statusnya sebagai guru honorer. Di tahun yang sama pula, Departemen Agama menyetarakan guru sekolah dasar yang lulusan PGA dan MA untuk mengikuti program penyetaraan D-II. Subhanallah, saya masuk dalam kategori tersebut, sementara teman-teman sepengabdian yang berasal dari SMA atau sekolah umum tidak bisa mengikutinya.
Tahun 2000 saya memegang ijazah D-II GPAI, tepatnya dua tahun setelah saya mengakhiri masa lajang. Saya telah dipersunting oleh seorang laki-laki sederhana bernama Amrullah. Pekawinan saya dengannya bermodalkan kepercayaan, ketenangan, dan kenyamanan. Suami saya tidak memiliki pekerjaan tetap, dia hanya bekerja di bidang jasa konstruksi, dimana pendapatannya pun pas-pasan. Kami dikaruniai dua orang putri yang pertama bernama Adila Kamala Rosyada dan adiknya Dwi Marsya Alawiyah. Suami sangat mendukung karier saya, dia menawarkan untuk mengikuti S1 di Unsa (Universitas Samawa), dimana rektor dari universitas tersebut adalah pamannya yang merupakan saudara dari mertua saya, dengan harapan bisa diusulkan beasiswa. Saya pun menyetujuinya, Alhamdulillah kesempatan belajar datang lagi. Tahun 2001 saya resmi menjadi mahasiswa FKIP Unsa dengan Program Studi Pendidikan Fisika, saya memilih program tersebut karena program itu saja yang linier dengan jurusan dan skil saya, prodi yang lain adalah pendidikan ekonomi dan managemen pendidikan.
Sejak menjadi mahasiswa kesibukan semakin bertambah saya tidak mampu menjalannya secara bersamaan. Saya malu jika salah satu pekerjaan terabaikan. MI saya lepas karena bentrok dengan waktu kuliah pada sore hari. Selang beberapa bulan hening dalam mengajar, saya mendapat tawaran memegang pelajaran agama dari sebuah TK yang cukup bergengsi di bawah naungan Yayasan PT Telkom Sumbawa. Saya direkomentasikan oleh teman seangkatan saat penyetaraan D-II yang merupakan guru agama sebelumnya. Kebetulan kepala sekolah TK tersebut adalah istri dari sepupu almarhumah ibu saya. Jadi, saya sedikit sungkan untuk menolak. Akhirnya saya minta beliau menemui kepala MAN Sumbawa supaya saya diizinkan mengajar dengan jadwal tiga hari seminggu selama dua jam pelajaran tiap harinya, mulai pukul 07.30-09.00 Wita. Alhasil saya diizinkan untuk mengajar di TK tersebut.
Tahun 2003 Pemerintah mengangkat tenaga pengajar kontrak dalam program Guru Bantu Pusat. Saya melamar menggunakan ijazah D-II GPAI dan lulus serta ditempatkan di SDN Raberas Kecamatan Sumbawa sebagai Guru Agama. Pengalaman mengajar yang kerap memegang kelas atas dalam bidang studi IPA dan Matematika menjadi modal besar saya untuk menularkan ilmu di sekolah tersebut yang walaupun pengangkatan saya sebagai Guru PAI. Saya ditugaskan oleh Kepala Sekolah sebagai Guru Agama kelas bawah dan Guru Matematika di kelas atas. Sejak saya diangkat menjadi Guru Bantu Pusat, saya langsung berhenti mengabdi di TK dan MAN Sumbawa. Sejak itu status saya beralih dari guru dan tenaga honorer menjadi Guru Bantu Pusat.
Tahun 2005 saya menyelesaikan studi di FKIP Universitas Samawa Program Studi Pendidikan Ilmu Fisika, lulus IPK 2,69 dan menyandang gelar “S.Pd.” Bangga bercampur haru, dua pendidikan dapat saya raih secara gratis walaupun perjuangan dan tantangan menerpa silih berganti. Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Teringat dulu saya menangis menginginkan kuliah, ternyata Allah punya rencana lain, saya diberikan ilmu dengan cara yang istimewa yakni mendapatkan ilmu sekaligus pengalaman langsung untuk menerapkannya. Rasa syukur semakin bertambah dan tak henti-hentinya karena saya lulus mendapatkan tunjangan profesi bersamaan dengan tahun pengangkatan sebagai CPNS yaitu tahun 2007. Subhanallah… dari pengangkatan itu teman seperjuangan menerima SK dengan pangkat II/b sedangkan saya star dengan pangkat III/a oleh karena Ijazah yang saya masukkan dalam penjaringan data base adalah ijazah S1. Saat itu status berubah yakni dari Guru Agama menjadi Guru Kelas.
Kepiawean saya dalam mengoprasikan komputer menjadi modal besar dalam jabatan sebagai guru. Saat itu sangat langka guru yang menguasai alat canggih tersebut. Akhirnya di setiap pelatihan saya selalu diikutsertakan oleh dinas
karena syarat utamanya adalah penguasaan komputer. Sejak itu saya mulai bergabung dengan guru-guru senior dalam moment-moment penting yang berhubungan dengan profesi. Beberapa tawaran dari organisasi kemasyarakat mengajak saya untuk bergabung. Saya terima tawaran tersebut karena tidak menggangu waktu dinas seperti PKK Kelurahan sebagai sekeretaris, PKK Kecamatan sebagai anggota di Pokja 1, dan GOW Kabupaten sebagai anggota dalam bidang organisasi. Semakin banyak kegiatan/pengalaman semakin merasa kurang dengan pengetahuan yang saya miliki. Saya merasa sangat bodoh, ternyata terlalu banyak yang tidak saya ketahui, hal ini memotivasi diri saya untuk selalu terus belajar dengan cara bagaimapun.
Tahun 2012, lima tahun sejak pengangkatan menjadi PNS, niat tulus untuk belajar akhirnya terjawab ketika Direktorat P2TK Dikmen membuka program beasiswa bagi guru SD dan SMP untuk seluruh Indonesia yang akan ditempatkan di empat Universitas, yaitu: UPI-Bandung, UNY-Yogyakarta, UM-Malang dan Unesa-Surabaya. Saya mengikuti tes penjaringan beasiswa tersebut, alhamdulillah lulus dan ditempatkan di Unesa-Surabaya. Selama dua tahun saya tugas belajar, berakhir dengan IPK 3.69 dan menyandang gelar M.Pd.
Tahun 2014 kembali dari tugas belajar, saya ditempatkan di sebuah SD dalam Kota Sumbawa Besar, yakni SDN 11 Sumbawa, hingga 2019. Sejak saat itu saya dipercayakan menjadi Ketua KKG di Gugus 2 Kec. Sumbawa dan dipercayakan menjadi pemandu atau fasilitator dalam berbagai kegiatan. Tahun 2016 saya mengikuti guru berprestasi dan mendapat juara 1 kabupaten, menuju provinsi namun hanya mendapatkan pengalaman saja, karena yang juara merupakan penulis-penulis hebat, hal itulah yang belum saya miliki. Selain itu saya juga sebagai guru Pembina Mipa. Pengalaman yang mengesankan adalah di Tahun 2017 pernah membina tiga siswa secara bersamaan dalam bidang matematika dan IPA dengan jadwal pagi di sekolah, sore untuk Mipa sedangkan malam untuk matematika, namun mereka hanya mampu sampai lima besar di kabupaten. Di tahun yang sama saya masuk dalam penjaringan sebagai salah satu Fasilitor Daerah (Fasda) Program Inovasi khusus numerasi, kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Pemerintahan Australia, kontrak kerja kami selama dua tahun berakhir Tahun 2019. Pengalaman saya dalam pembelajaran semakin luas hingga dipercayakan oleh Dikbud Kabupaten dalam beberapa kegiatan sebagai narasumber atau fasilitator. Akhir Tahun 2019 saya lulus Diklat Kepala Sekolah dan awal Tahun 2020 tepatnya tanggal 7 Januari saya ditugaskan menjadi Kepala SDN 5 Sumbawa Besar hingga sekarang.
No comments:
Post a Comment