Friday, September 8, 2023

Di Balik Kisah Guru yg terkucilkan

“Adi… keluar sebentar, ambil ini... aku di depan pagar”. 
Suara lantang terdengar setelah ku menjawab salamnya melalui handphone yg telah berdering beberapa saat. Tersentak ku terbangun dengan mata sedikit terkucek karena belum melek dengan sempurna. Aku berlari membuka pintu rumah lalu pintu gerbang. Nampak Pak Adit dengan tergesa-gesar menyodorkan sebuah plastik berisi baju kaos bermerk stelan dengan topinya yang dibawanya dari Jakarta tempat berlibur akhir tahun lalu. 
“Ini titip buat ayah!” tambahnya. Ayah adalah panggilan Pak Adit kepada suami ku, ia mengikuti panggilan ku sehari-hari.
“Hai… dari mana saja, koq gini hari masih pakai baju dinas?” Aku balik bertanya sambil menerima pemberian Pak Adit. 
“Aku dimutasi, Adi.” Adi dalam bahasa daerahku artinya adik, panggilan akrab kepada orang yang lebih kecil. 
Mendengar kata mutasi, aku sedikit terperangah. “Haaah… mutaasi, kemana, ada apa, koq tiba-tiba?” 
“Aku kena nota tugas ke pulau, kasus pemukulan terhadap siswa, aku baru saja di BAP oleh Pak Kabid, nanti saja aku ceritakan, aku buru-buru mau beres-beres karena mau berangkat nanti malam lewat dermaga.” jawab Pak Adit dengan jelas. 
Belum sempat aku membalas kalimatnya, Pak Adit sudah menyetater motornya untuk pulang.  Rasa penasaran semakin besar, bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi, begitu singkat, tanpa proses panjang, langsung mutasi. Saya pun masuk ke dalam rumah, sambil baring di tempat tidur saya menghubungi suami untuk menceritakan hal yang baru saja terjadi. suami ku juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan, dia menyarankan untuk membantu  Pak Adit melalui forum PGRI. 
Pulau yang dimaksudkan Pak Adit adalah sebuah pulau di sebelah utara daerahku, pulau yang terkenal dan mendunia. Destinasi wisata yang sangat indah, banyak para artis, pejabat, orang-orang hebat dan berduit, baik di tingkat nasional maupun macanegara menuju ke sana  menikmati pesona alamnya. Walaupun berada di daerah ku, aku sendiri belum pernah menginjakkan kaki ke sana. Menuju ke sana cukup menguras isi kantong, biaya penginapan hotel semalam perkamar mencapai 20 juta untuk touris dalam negeri dan 26 juta touris mancanegara.  Orang lokal yang berwisata ke sana cukup menginap di kos-kosan warga yang disediakan dengan biaya terjangkau. Entah kapan aku bisa menikmati pesona alam pulau tersebut, semoga hayalanku suatu saat menjadi kenyataan. Walau Pak Adit ditugaskan di pulau yang mendunia tersebut akan tetapi akses untuk ke sana tidaklah rutin terkadang 3x seminggu, terkadang juga tergantung situasi angin atau gelombang hingga bisa jadi tidak ada penyeberangan dalam rentang waktu tertentu. Hal itu berlaku untuk angkutan umum, namun untuk pariwisata ada angkutan boots/kapal cepat yang dikelola oleh hotel.
Pak Adit seorang guru Olahraga di salah satu sekolah dasar. Ia berusia 52 tahun beliau memiliki banyak skill. Selain sebagai Pembina pramuka juga Pembina drumband di percayakan di sekolah tempat tugasnya.  Beliau juga pembina pramuka di sekolah yang aku pimpin. Hubungan emosional Pak Adit dengan warga sekolah sebelumnya sudah terjalin dengan baik terutama kepada sesama guru karena beliau adalah suami dari mantan kepala sekolah kami di periode sebelumnya. Sejak beliau bergabung kembali di sekolah kami, keakraban kami dengan wali murid semakin membaik, aku melihat beliau pandai mencairkan suasana dan menjalin komunikasi kepada siapa saja, kamipun terbawa arus akhirnya rasa kekeluargaan antar wali murid, guru, dan kepala sekolah semakin dekat. Melihat situasi ini antusias dan dukungan orang tua dalam melibatkan anak-anaknya semakin meningkat. Orang tua sangat memberikan apresiasi kepada pelatih pramuka karena bertanggung jawab, peduli, serta penyayang terhadap anak-anak. Dokumen setiap kegiatan baik saat latihan maupun lomba tetap dishare di dalam WA Group Pramuka yang beranggotakan guru, orang tua, dan kepala sekolah. selama menjalankan tugas tidak pernah melihat atau merasakan ada kejanggalan atau ketidakwajaran yang dilakukan oleh Pak Adit sebagai seorang pelatih pramuka di sekolah, beliau menjalankan tupoksi yang saya berikan sesuai prosedur dan sistematis. Beliau juga berdedikasi serta loyalitas tinggi dan pantas dijadikan tauladan. 
Hubungan harmonis Pak Adit dengan warga sekolah terutama terhadap diriku selaku kepala sekolah semakin akrab hal ini merembet kepada suami ku. Pak Adit dengan suami ku sudah saling kenal sebelumnnya walau tidak begitu dekat karena punya hubungan kekeluargaan namun masih jauh. Istri pertama Pak adit berasal dan beralamat di  desa asal suami saya selain itu, istrinya juga adalah teman sekelas di bangku SMP dan SMA. keterkaitan ini semakin mempererat hubungan kami sehingga komunikasi antara Pak Adit dengan suami ku semakin dekat.  
Jum’at pagi, setiap Satuan Pendidikan di kecamatan mendapat undangan Bupati untuk melaksanakan penanaman pohon di lokasi tempat palaksanaan MXGP dunia. kegiatan tersebut diawali dengan senam bersama. Aku beserta rekan guru dan kepala sekolah  yang lain ikut serta dalam kegiatan tersebut. Setelah senam usai kami lanjutkan dengan penanaman pohon. Di sela kegiatan tersebut aku bertemu dengan kepala sekolah tempat semula Pak Adit bertugas. Aku menyapa beliau dengan sedikit basa-basi menanyakan apa yang terjadi dengan guru beliau. Beliau menjawab tidak tahu apa-apa tiba-tiba ada telpon dinas minta Pak Adit untuk menghadap. setelah lama kami bincang-bincang beliau meminta aku untuk membantu Pak Adit melalui PGRI. Mendengar hal ini saya mulai berpikir untuk melakukan sesuatu. 
Sepulang dari kegiatan senam di wilayah MXGP, saya menuju ke sekolah dan menelusuri nomor istri Pak Adit, ku dapatkan nomor tersebut dari para guru. Aku coba japri WA beliau, namun belum merespon. Tak lama kemudian beliau telpon balik, kami saling mengutarakan maksud dan tujuan akhirnya kami janjian bertemu di sore harinya.
 Jum’at sore via telepon aku diminta oleh istri Pak Adit untuk menjemput beliau ke rumahnya menemui Ketua PGRI Kabupaten. Kami bertemu Ketua PGRI di stadion sesuai arahan beliau yang kami hubungi sebelumnya. Istri Pak Adit menjelaskan permasalahan yang menimpa suaminya. Mendengar penjelasan dan ketidakpuasan istri Pak Adit, Ketua PGRI menyarankan menemui Ketua LKBH (Lembaga Khusus Bantuan Hukum) PGRI. Sore itu juga kami bertolak menuju rumah Ketua LKBH PGRI. Aku membuka pembicaraan tentang hal yang menimpa Pak Adit. Beliau menginformasikan bahwa dia telah dengar kasus tersebut namun yang mencuat bukan kekerasan akan tetapi pelecehan. Di sela perbincangan itu aku perkenalkan istri Pak Adit kepada Pak Ketua LKBH PGRI, spontan beliau menghentikan penjelasannya. Kemudian beliau mengatakan kalau kasus ini akan ditelusuri lebih dalam kembali dan akan diinformasikan kepada ku melalui japri. mendengar hal itu kami mohon pamit karena sudah menjelang magrib. 
Dari rumah Ketua LKBH PGRI kami bertolak menuju rumah salah satu guru tempat Pak Adit bertugas semula untuk meminta penjelasan. Guru tersebut adalah teman dekat ku ketika bertugas di gugus 01 dulu. Setiba di sana rumah guru tersebut gelap karena habil pulsa listriknya dan belum mengisi token, akhirnya aku membantu mengisikan pulsa listrik rumah tersebut. Selanjutnya kami numpang sholat magrib, setelah itu istri Pak Adit mencerita kronologi suaminya mutasi secara mendadak. Kami meminta penjelasan Ibu Guru terhadap apa yang sebenarnya terjadi di sekolah mereka. Ibu Guru tersebut menerangkan bahwa tidak tahu apa yang terjadi karena tidak masuk sekolah dari beberapa hari sebelumnya karena sakit. Beliau menganggap Pak Adit adalah orang yang baik, bertanggung jawab, enak diajak bergaul, sedikit keras namun tegas.  Tidak puas dengan penjelasan Ibu Guru tersebut, istri Pak Adit meminta Ibu Guru untuk menelepon wali kelas siswa yang dijadikan korban kekerasan tersebut. Guru tersebut memberikan penjelasan bahwa anak-anak tidak tahu tentang kejadian kekerasan itu saat ditanyakan mereka hanya mengangkat bahu karena tidak tahu. Setelah itu aku diminta oleh istri Pak Adit untuk menghubungi Pak Korwil Pendidikan Kecamatan selaku penganggung jawab di wilayah kami. Aku tidak tahu persis isi pembicaraan beliau bersama Pak Korwil namun, raut wajah istri Pak Adit menunjukkan kekesalan. Setelah itu kami pun pulang.
Keesokan harinya di waktu sore kembali aku dihubungi Istri Pak Adit untuk menemani beliau menuju rumah Kepala Bidang GTK Dikbud Kabupaten, ketika kami ke sana nampak rumahnya tertutup tidak ada orang. Kami pun mencoba menghubungi beliau ternyata sedang menjemput anaknya di sekolah. Sementara menunggu, kami pun melanjutkan perjalanan,  jalan-jalan untuk hilangkan stress. Kami menuju Pantai di sebelah utara kota, sesampai di sana kami melihat Pak Kabid GTK bersama anaknya sedang duduk dan makan di lesehan pinggir pantai. Kami menyapa, beliau pun minta untuk bergabung. Kami duduk bersama dan Istri Pak Adit basa basi memulai pembicaraan. Pak Kabid bertanya tentang keberadaan Pak Adit, kemudian istrinya menjelaskan kalau sudah berangkat malam itu juga setelah menerima nota tugas. selanjutnya Istri Pak adit meminta keterangan Pak Kabid tentang kesalahan suaminya sampai bisa diberikan nota tugas. Saat itu aku tidak fokus terhadap pembicaraan mereka karena harus terima telepon dari anak-anakku dilanjutkan telpon dengan suami serta membalas WA mereka.  Aku melihat Istri Pak Adit bersitegang dengan Pak Kabid karena masih tidak menerima keputusan yang diambil. setelah selesai aku menerima telepon kembali lagi bergabung dengan mereka, ku mendengar Pak Kabid menjelaskan bahwa yang melaporkan kasus Pak Adit adalah enam orang anak didampingi guru kelasnya. Istri Pak Adit langsung menebak nama guru tersebut, kemudian menjelaskan hubungan ketidakharmonisan antara Pak Adit dengan guru tersebut. Istri Pak Adit balik bertanya kepada Pak Kabid tentang tanggungjawabnya untuk bisa membuktikan hal tersebut karena tanpa menelusuri terlebih dahulu kebenarannya, namun Pak Kabid menjelaskan bahwa jangankan 6 orang saksi, dua saksi saji Pak Adit sudah dikenai sanksi berdasarkan hukum perlindungan anak. Istri Pak Adit semakin berang mendengar hal itu, beliau semakin memojokkan Pak Kabid dengan pertanyaan-pertanyaan, akhirnya Pak Kabid memberikan saran agar Istri Pak Adit dapat mengunjungi siswa korban kekerasan atau pelecehan dan menghubungi Kepala Dinas Dikbud dan BKD supaya masalah tersebut tidak berlanjut sampai kantor polisi atau ranah hukum. Pak Kabid menyudahi pembicaraan, kamipun melaksanakan sholat magrib di Masjid sekitar pantai. 
Setelah sholat magrib kami menuju Perumahan tempat tinggal siswa korban kekerasan tersebut. Di sana kami bertemu Ibu dan anaknya sedangkan ayahnya sedang keluar karena ada pertemuan. Kami disambut baik oleh Ibu dari anak tersebut serta meminta maaf karena sikap suaminya yang pemarah, gegabah dalam mengambil keputusan, akibat hasutan teman-temannya untuk segera melaporkan ke polisi. kami menanyakan kronologi penempelengan Pak Adit kepada anak tersebut, namun anak tersebut hanya memberikan keterangan kalau hanya ditekan pipinya dengan empat jarinya dengan cara mendorong bukan menampar oleh karena tidak diizinkan main bola. Istri Pak Adit minta maaf kepada anak tersebut beserta keluarganya atas semua yang terjadi. Anak itu hanya mengangguk dan  ibunya tidak menanggapi serius dan dia minta maaf juga kerena telah merepotkan. Sepulang dari rumah anak korban kekerasan, kami lanjutkan perjalanan menuju rumah salah satu anak korban pelecehan di Perumahan Bukit Berlian. akan tetapi tidak ada orang di rumah itu, kamipun balik pulang. 
Malam Minggu setelah sholat magrib Istri Pak Adit kembali mengajak saya untuk menemaninya menuju rumah Kepala BKPP Kabupaten. Hubungan keluarga Istri Pak Adit dan Kepala BKPP tidak begitu jauh serta beliau juga adalah teman dekat Pak Adit. Istri Pak Adit bermaksud menceritakan kronologi suaminya kena nota tugas ke pulau, daerah terpencil itu. Hal ini beliau lakukan karena guru yang menjadi pelapor adalah ipar dari Kepala BKPP tersebut. sekitar 15-20 menit kami berada di sana Kepala BKPP tersebut akan segera menindaklanjutinya dan bicarakan kepada Bapak Bupati. Selanjutnya karena beliau mau keluar bersama istrinya ke suatu acara, kami pun pamit pulang. 
Demikian kisah seorang istri mencari kesaksian terhadap kasus yang menimpa suaminya yang terkucilkan.
Bagaimana kisah Pak Adit selama menjalankan tugas di pulau? bagaimanakah hubungan Pak Adit dengan istrinya? Siapa sebenarnya istri Pak Adit, kenapa begitu berani dia menemui para pejabat di daerah? simaklah jurnal saya berikutnya.

Balada Cinta Pak Adit

“Hu..hu…hu… Hu..hu…hu…” Tangisan Pak Adit dari seberang menelpon ku dengan harapan ingin curhat tentang keberadaannya di pulau tempat tugas terbarunya. 
“E..e…e…. kenapa? sabar… sabar… istigfar, Kakak…” sahutku menenangkan Pak Adit.
“Hu..hu…hu… Bantu aku, Adi… Hu...hu…hu… Aku mau mati di sini. Hu..hu…hu… aku akan buang diri dalam laut ini, Hu..hu…hu… Aku tak tahan di sini, Adi… tak ada artinya aku hidup. Hu..hu…hu…  “ Pak Adit mengungkapkan keadaaannya sambil berdiri di dermaga dimana tempat sinyal bersahabat. Pulau tersebut sulit untuk menapatkan sinyal, hanya di titik-titik tertentu. 
“Ya Allah, Kakak… tidak baik bicara begitu, istigfar… ini semua ujian, Kakak nanti akan naik kelas, derajatnya semakin tinggi  jika bisa melalui semua ini” jelasku, menenangkan.
“Aamiin, Adi… Hu..hu…hu… Maaf, Adi… tidak apa aku seperti ini sama kamu, aku tidak malu lagi sama kamu walaupun kamu seorang kepala sekolah, aku anggap kamu saudara kandungku, aku ingin tuangkan semua isi hatiku supaya aku sedikit lega” tambah Pak Adit dengan mulai sedikit tenang”.
Di sela curhatannya saya membuka aplikasi rekaman, merekam isi curhatan Pak Adit, sebagai dokumen. 
“Oh… iya, Kakak… tidak apa. Aku siap menampung semuanya dan berusaha untuk membantu mencari solusinya.  silahkan, Kakak… asalkan Kakak tenang, ya… ” sahut ku.  
“Apakah Kakak sudah hubungi ibu  dan curhat sama Ibu…? Aku balik bertanya.
“Sudah kuhubungi tapi tidak angkat, mungkin dia ada kerjaan, Adi. Terus terang aku tidak harmonis sama dia, kalau aku curhat sama dia bukannya menenangkan malah aku tambah dimarahi karena aku dianggap benar-benar melakukannya.” Jawab Pak Adit dengan sedikit kesal dengan respon istrinya. 
“Tidak seperti itu, Ibu sebenarnya baik, buktinya aku diajak kemana-mana menelusuri dan ingin menyelamatkan Kakak, ingin tahu bagaimana yang sebenarnya terjadi. Kakak harus sabar menghadapi Ibu, wajar beliau seperti itu karena rasa kecewa serta malu terhadap apa yang menimpa Kakak, bawa tenang dalam menghadapi Ibu, terima saja apa yang beliau katakan, jangan balik menyerang, malah tampak runyam masalahnya nanti.” Jelasku, kembali menenangkan Pak Adit.
“syukurlah kalau begitu, Adi… Aku titip Ibu, tolong selalu temani dia, salam sama Ayah ya, Adi...” jawab Pak Adit berharap dengan suara isakannya yang terdengar mulai lemah.
“Baik, Kakak… Insya Allah, kita sama-sama saling mendo’akan, ya…” balasku, meyakinkan.
“Terima kasih, Adi… Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” Jawab Pak Adit menutup telponnya.
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” balas salamku dan menutup rekaman.
Aku membuka media rekaman dan mendengar kembali isi pembicaraan bersama Pak Adit, rekaman tersebut kukirimkan kepada suamiku yang berada di pulau seberang sedang menemani anaknya yang sedang berurusan masalah kuliah. Rekaman tersebut menjadi topik perbincangan kami sambil baring-baring sampai menjelang tidur. Suamiku sedikit menyarankan untuk selalu membantu Pak Adit agar bisa tuntas masalahnya sambil memikirkan strategi-strateginya. 
Pak Adit adalah seorang duda beranak satu, hubungan rumah tangga dengan istri pertamanya karam ketika sang istri mulai tidak mau menuruti sang suami bertugas ke daerah terpencil. Tambah lagi segala urusan rumah tangganya selalu dipengaruhi oleh keluarga sang istri yang dianggap protektif oleh Pak Adit. Pak Adit tidak tahan karena selalu terjadi pertengkaran dan perselisihan dan membuatnya tidak betah serta tak nyaman. Akhirnya Pak Adit menceraikan istrinya sedangkan anaknya yang baru saja menginjak remaja dibiarkan untuk bebas memilih kemana dia suka, namun tinggalnya tetap bersama ibunya. 
Dua tahun menduda, ada program tour ke beberapa kota di Pulau Jawa. Beberapa guru yang ikut dalam kegiatan tersebut termasuk Pak Adit. Dalam perjalanan tour Pak Adit bertemu dengan guru paruh baya, selisih usia cukup jauh sekitar 9 tahun. Kulitnya putih kuning halus, wajahnya yang cantik berhidung mancung tidak nampak kalau usianya jauh lebih tua. Kecantikan seorang wanita paruh baya berdarah bangsawan itu memacarkan pesona membuat sang duda beranak satu itu terkesima. Pak Adit yang usia lebih muda dan berkulit hitam manis  tak gentar mendekati sang wanita pujaan. Piodalisme kebangsawanan sang wanita sangat nampak, acuh terhadap godaan, dan sesekali mencemoohkan. Pak Adit semakin penasaran terhadap kelakuan wanita paruh baya tersebut sehingga Pak Adit tanpa rasa malu mengutarakan isi hati kepada teman-teman sang wanita kalau dia sangat suka  padanya.
Masih dalam perjalanan tour, di suatu hari sang wanita ingin mandi dan minta ditemani oleh temanya. Sambil berjalan menuju kamar mandi dia berbincang-bincang dengan teman wanitanya.
“Mana rupa laki-laki yang suka sama aku itu, pengen kulihat wajahnya, berani sekali dia.” dengan nada angkuh wanita paruh baya itu bertanya.
“Nanti kuperlihatkan, mandi saja dulu.” Sahut teman sang wanita.”
Tiba-tiba, ketika sang wanita keluar dari kamar mandi, dari kejauhan nampak Pak Adit duduk di atas kursi sambil menatap tajam wanita tersebut. Sang wanita berteriak karena bulu badannya merinding ketika bertatapan mata dengan Pak Adit. 
“Ooo….Tuhan…ampun, tolong, Tuhan…“ teriak sang wanita sambil berlarian menuju kamar penginapan.
Sejak saat itu hati sang wanita mulai gelisah dan semakin penasaran dengan Pak Adit. Dengan sedikit angkuh dia mencari Pak Adit. Saat Pak Adit duduk di atas kursi sang wanita paruh baya itu datang menghampiri.
“Ooo… ini rupanya orang yang suka sama aku?, ngaca dikit dong” sambil mengusap wajah Pak Adit dengan sedikit air yang sudah disiapkan. 
Pak Adit hanya tersenyum dan berdoa dalam hati, “Ya Allah, jodohkan aku dengan wanita ini”.
Sepanjang perjalanan tour, Pak Adit selalu memberikan perhatian kepada sang wanita, walaupun sering dicemoohkan. Lama kelamaan sang wanita pun luluh namun, rasa sukanya tidak ditampakkan.
Sepulang dari tour Pak Adit mulai serius mengutarakan isi hati kepada sang wanita dan berniat ingin menikahinya. Namun, karena perbedaan kasta keluarga wanita menolak sehingga dia dipaksa menikah dengan sepupunya yang sudah beristri. Di sela persiapan pernikahan saat menunggu kehadiran penghulu, Pak Adit muncul dan wanita itupun meninggalkan acara pernikahan itu pergi mengikuti Pak Adit dan mengatakan bersedia untuk menjadi istrinya. 
Sekian lama berumah tangga, karakter kebangsawanan yang sedikit piodal masih melekat pada diri Istri Pak Adit. Sikap itu yang membuat Pak Adit sedikit tidak nyaman terhadap istrinya, sering terjadi percekcokan antara mereka  sehingga beberapa kali dalam kehidupan mereka terjadi pisah rumah, Pak Adit pun tinggal di rumah kos-kosan.
Istri Pak Adit sekarang sudah pensiun karena selisih usianya yang cukup jauh sementara Pak Adit sendiri masih aktif sebagai ASN/guru. Hingga sekarang mereka tinggal bersama namun tidak sekamar. Pertama saya melihat ada yang aneh karena tidak biasanya terjadi, kamar suami beserta perkakasnya ada di kamar depan rumahnya sedangkan istrinya ada di kamar utama. 
Delapan bulan berjalan Pak Adit berada di pulau sebagai guru dengan nota tugas tertanggal 10 Januari hingga 30 Desember 2023. Dalam masa itu banyak perubahan yang terjadi pada diri guru tersebut, dia sudah terbiasa dengan kehidupan di sana, membaur dengan masyarakat. Beruntungnya, Pak Adit bertemu dengan paman dari keluarga ibunya yang sangat royal dan lumayan berada. Pamannya memiliki ternak sapi yang cukup banyak  sehingga  Pak Adit dihadiahi seekor sapi berusia 2 tahun dengan kondisi kurus. Karena ketelatenan Pak Adit memelihara ternak kini sapi tersebut berkembang menjadi sapi yang sehat, gemuk, dan subur. Pak Adit semakin betah di sana, tidak ada niat lagi untuk mutasi atau kembali ke wilayah tugas semula. 
Kasus Pak Adit yang sedang diteliti oleh Inspektorat masih menunggu keputusan, Pak Adit dan beberapa orang terkait sudah dipanggil untuk memberikan kesaksian, termasuk diriku kepala sekolah tempat Pak Adit menjadi Pembina Pramuka. 
Di satu sisi istri Pak Adit hidup sendiri, usianya yang semakin renta membuat kondisi lemah sering sakit-sakitan, membutuhkan sentuhan dan pendampingan. Aku selalu ditelpon beliau untuk memberikan bantuan. Akupun tak pernah menolak selagi mampu dan miliki kesempatan. Semoga saja kasus yang menimpa Pak Adit segera menemukan titik terang sehingga beliau dapat hidup bersama istri dan keluarga besarnya.  Aamiin, Ya Rabbal Alamiin.

Monday, May 22, 2023

Kisah Inspiratif, Air Mata Pendidikan.

Saya terlahir dari keluarga sederhana, sejak kelas satu MTs saya kehilangan ibu kandung, beliau wafat Tahun 1988, meninggalkan kami berlima anak-anaknya. Belum setahun kami kehilangan Ibu, Bapak menikah lagi dan menghasilkan empat orang anak. Saya adalah anak kedua dari sembilan bersaudara. Jumlah saudara yang cukup banyak sudah jelas membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan orang tua bertumpu pada hasil pertanian nyambi barber shop (pemangkas rambut) dengan penghasilan yang terbatas. Dilema kehidupan saya jalani dengan penuh kesabaran yang penting kami bisa sekolah walaupun sampai tingkat SMA. Bapak tidak mampu menyekolahkan saya hingga ke perguruan tinggi karena masih ada tujuh adik lagi yang butuh biaya untuk sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari. 

Air mata berlinang ketika membereskan buku-buku yang telah saya gunakan untuk ujian akhir, terlebih lagi saat melihat teman-teman berangkat kuliah. Untuk mengobati rasa kekecewaan Bapak menjanjikan saya mengikuti kursus mengetik dan komputer supaya tidak lagi menyebut kata-kata kuliah. Saat itu ijazah kursus bisa digunakan untuk mendapakan pekerjaan atau mengikuti tes CPNS.

Tanpa sepengetahuan saya, Bapak mengayuh sepedanya menuju rumah Kepala MI (Madrasah Ibtidaiyah) setingkat sekolah Dasar, sekolah tersebut berlokasi persis di depan rumah saya. Bapak meminta agar saya dapat diterima sebagai guru honorer, mengabdi di sekolah tersebut. Saya pun diterima karena ijazah saya sesuai dengan bidang yang beliau cari yaitu guru umum. Saya tamatan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sumbawa Tahun 1994 dari jurasan Ilmu Biologi, sekarang sekolah tersebut sudah menjadi MAN 1 Sumbawa. MI pada masa itu sangat minim guru umum, semua gurunya adalah pengangkatan Depag (sekarang Kemenag) dan berstatus guru agama yang berasal dari lulusan PGA. 

Saya diterima menjadi guru honorer Bulan November 1994 dan mengajar di kelas 6 mata pelajaran Matematika dan IPA. Perlahan-lahan saya belajar dan menerapkan ilmu yang saya miliki.
Walaupun telah menjadi guru honorer tak menyurutkan keinginan saya untuk mengikuti kursus seperti apa yg Bapak janjikan, kebetulan MI tempat saya mengabdi melaksanakan pembelajaran pada siang hari karena belum memiliki lokal sendiri hingga numpang dengan SMP. Saya gunakan kesempatan pagi hari untuk mengikuti kursus mengetik dengan program kilat selama sebulan setengah. Hal ini menambah pengalaman dan aktivitas saya, selain menjadi guru honorer juga belajar administrasi. Semua administrasi sekolah seperti laporan bulanan, surat menyurat, dan beberapa soal saya yang menyelesaikannya.  

Tahun 1995, paman saya (kakak Bapak) yang tugas di Mataram pindah tugas ke Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sumbawa sebagai kepala sekolah. Beliau kekurangan pegawai yang membantu dalam surat menyurat. Saya pun diajak beliau menjadi pegawai di madrasah tersebut. Saya menerima tawaran tersebut karena tidak mengganggu kegiatan mengajar pada siang harinya. Berselang beberapa bulan rutinitas ini saya lakukan, semuanya berjalan lancar. Rutinitas tersebut tak membuat saya puas karena masih banyak yang belum saya ketahui. Saya pun menagih janji kepada Bapak agar mendaftarkan saya pada sebuah lembaga kursus komputer “Hati Mulya” di kota tempat saya tinggal. Saya mengikuti kursus komputer dengan program lotus 123 hingga program we see wig saat itu dengan meminta persetujuan paman sebagai kepala sekolah, karena waktu pelaksanaan kursus adalah di pagi hari. Saya diberikan izin untuk mengikuti kursus tersebut dan berlangsung selama tiga bulan dengan pertemuan tiga kali seminggu selama dua jam tiap pertemuan. Alhamdulillah dua Ijazah kursus sudah saya raih.

Tahun 1997 MAN Sumbawa menerima bantuan berupa komputer dan semua administrasinya mulai beralih ke komputer. Saat itu ada tiga pegawai yang memiliki sertifikat kursus komputer, dan saya adalah satu-satunya orang yang memiliki program lotus, dimana program tersebut digunakan dalam membuat daftar gaji. Akhirnya saya ditunjuk menjadi operator yang bekerja sebagai pendamping bendahara. Di tahun yang sama saya ditunjuk oleh Kepala MI tempat saya mengabdi untuk mengikuti diklat guru profesional di LPMP Mataram. Bangga rasanya bisa berkumpul dan belajar bersama guru-guru senior dari seluruh kabupaten dalam provinsi NTB. Kegiatan tersebut merupakan pengalaman pertama saya mengikuti pelatihan dalam profesi guru, walaupun statusnya sebagai guru honorer. Di tahun yang sama pula, Departemen Agama menyetarakan guru sekolah dasar yang lulusan PGA dan MA untuk mengikuti program penyetaraan D-II. Subhanallah, saya masuk dalam kategori tersebut, sementara teman-teman sepengabdian yang berasal dari SMA atau sekolah umum tidak bisa mengikutinya.  

Tahun 2000 saya memegang ijazah D-II GPAI, tepatnya dua tahun setelah saya mengakhiri masa lajang. Saya telah dipersunting oleh seorang laki-laki sederhana bernama Amrullah. Pekawinan saya dengannya bermodalkan kepercayaan, ketenangan, dan kenyamanan. Suami saya tidak memiliki pekerjaan tetap, dia hanya bekerja di bidang jasa konstruksi, dimana pendapatannya pun pas-pasan. Kami dikaruniai dua orang putri yang pertama bernama Adila Kamala Rosyada dan adiknya Dwi Marsya Alawiyah. Suami sangat mendukung karier saya, dia menawarkan untuk mengikuti S1 di Unsa (Universitas Samawa), dimana rektor dari universitas tersebut adalah pamannya yang merupakan saudara dari mertua saya, dengan harapan bisa diusulkan beasiswa. Saya pun menyetujuinya, Alhamdulillah kesempatan belajar datang lagi. Tahun 2001 saya resmi menjadi mahasiswa FKIP Unsa dengan Program Studi Pendidikan Fisika, saya memilih program tersebut karena program itu saja yang linier dengan jurusan dan skil saya, prodi yang lain adalah pendidikan ekonomi dan managemen pendidikan.
Sejak menjadi mahasiswa kesibukan semakin bertambah saya tidak mampu menjalannya secara bersamaan. Saya malu jika salah satu pekerjaan terabaikan. MI saya lepas karena bentrok dengan waktu kuliah pada sore hari. Selang beberapa bulan hening dalam mengajar, saya mendapat tawaran memegang pelajaran agama dari sebuah TK yang cukup bergengsi di bawah naungan  Yayasan PT Telkom Sumbawa. Saya direkomentasikan oleh teman seangkatan saat penyetaraan D-II yang merupakan guru agama sebelumnya. Kebetulan kepala sekolah TK tersebut adalah istri dari sepupu almarhumah ibu saya. Jadi, saya sedikit sungkan untuk menolak. Akhirnya saya minta beliau menemui kepala MAN Sumbawa supaya saya diizinkan mengajar dengan jadwal tiga hari seminggu selama dua jam pelajaran tiap harinya, mulai pukul 07.30-09.00 Wita. Alhasil saya diizinkan untuk mengajar di TK tersebut.

Tahun 2003 Pemerintah mengangkat tenaga pengajar kontrak dalam program Guru Bantu Pusat. Saya melamar menggunakan ijazah D-II GPAI dan lulus serta ditempatkan di SDN Raberas Kecamatan Sumbawa sebagai Guru Agama. Pengalaman mengajar yang kerap memegang kelas atas dalam bidang studi IPA dan Matematika menjadi modal besar saya untuk menularkan ilmu di sekolah tersebut yang walaupun pengangkatan saya sebagai Guru PAI. Saya ditugaskan oleh Kepala Sekolah sebagai Guru Agama kelas bawah dan Guru Matematika di kelas atas. Sejak saya diangkat menjadi Guru Bantu Pusat, saya langsung berhenti mengabdi di TK dan MAN Sumbawa. Sejak itu status saya beralih dari guru dan tenaga honorer menjadi Guru Bantu Pusat. 

Tahun 2005 saya menyelesaikan studi di FKIP Universitas Samawa Program Studi Pendidikan Ilmu Fisika, lulus IPK 2,69 dan menyandang gelar “S.Pd.” Bangga bercampur haru, dua pendidikan dapat saya raih secara gratis walaupun perjuangan dan tantangan menerpa silih berganti. Dimana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Teringat dulu saya menangis menginginkan kuliah, ternyata Allah punya rencana lain, saya diberikan ilmu dengan cara yang istimewa yakni mendapatkan ilmu sekaligus pengalaman langsung untuk menerapkannya. Rasa syukur  semakin bertambah dan tak henti-hentinya karena saya lulus mendapatkan tunjangan profesi bersamaan dengan tahun pengangkatan sebagai CPNS yaitu tahun 2007. Subhanallah… dari pengangkatan itu teman seperjuangan menerima SK dengan pangkat II/b sedangkan saya star dengan pangkat III/a oleh karena Ijazah yang saya masukkan dalam penjaringan data base adalah ijazah S1. Saat itu status berubah yakni dari Guru Agama menjadi Guru Kelas. 

Kepiawean saya dalam mengoprasikan komputer menjadi modal besar dalam jabatan sebagai guru. Saat itu sangat langka guru yang menguasai alat canggih tersebut. Akhirnya di setiap pelatihan saya selalu diikutsertakan oleh dinas 
karena syarat utamanya adalah penguasaan komputer. Sejak itu saya mulai bergabung dengan guru-guru senior dalam moment-moment penting yang berhubungan dengan profesi. Beberapa tawaran dari organisasi kemasyarakat mengajak saya untuk bergabung. Saya terima tawaran tersebut karena tidak menggangu waktu dinas seperti PKK Kelurahan sebagai sekeretaris, PKK Kecamatan sebagai anggota di Pokja 1, dan GOW Kabupaten sebagai anggota dalam bidang organisasi. Semakin banyak kegiatan/pengalaman semakin merasa kurang dengan pengetahuan yang saya miliki. Saya merasa sangat bodoh, ternyata terlalu banyak yang tidak saya ketahui, hal ini memotivasi diri saya untuk selalu terus belajar dengan cara bagaimapun. 

Tahun 2012, lima tahun sejak pengangkatan menjadi PNS, niat tulus untuk belajar akhirnya terjawab ketika Direktorat P2TK Dikmen membuka program beasiswa bagi guru SD dan SMP untuk seluruh Indonesia yang akan ditempatkan di empat Universitas, yaitu: UPI-Bandung, UNY-Yogyakarta, UM-Malang dan Unesa-Surabaya. Saya mengikuti tes penjaringan beasiswa tersebut, alhamdulillah lulus dan ditempatkan di Unesa-Surabaya. Selama dua tahun saya tugas belajar, berakhir dengan IPK 3.69 dan menyandang gelar M.Pd.

Tahun 2014 kembali dari tugas belajar, saya ditempatkan di sebuah SD dalam Kota Sumbawa Besar, yakni SDN 11 Sumbawa, hingga 2019. Sejak saat itu saya dipercayakan menjadi Ketua KKG di Gugus 2 Kec. Sumbawa dan dipercayakan menjadi pemandu atau fasilitator dalam berbagai kegiatan. Tahun 2016 saya mengikuti guru berprestasi dan mendapat juara 1 kabupaten, menuju provinsi namun hanya mendapatkan pengalaman saja, karena yang juara merupakan penulis-penulis hebat, hal itulah yang belum saya miliki. Selain itu saya juga sebagai guru Pembina Mipa. Pengalaman yang mengesankan adalah di Tahun 2017 pernah membina tiga siswa secara bersamaan dalam bidang matematika dan IPA dengan jadwal pagi di sekolah, sore untuk Mipa sedangkan malam untuk matematika, namun mereka hanya mampu sampai lima besar di kabupaten. Di tahun yang sama saya masuk dalam penjaringan sebagai salah satu Fasilitor Daerah (Fasda) Program Inovasi khusus numerasi, kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Pemerintahan Australia, kontrak kerja kami selama dua tahun berakhir Tahun 2019. Pengalaman saya dalam pembelajaran semakin luas hingga dipercayakan oleh Dikbud Kabupaten dalam beberapa kegiatan sebagai narasumber atau fasilitator. Akhir Tahun 2019 saya lulus Diklat Kepala Sekolah dan awal Tahun 2020 tepatnya tanggal 7 Januari saya ditugaskan menjadi Kepala SDN 5 Sumbawa Besar hingga sekarang. 

Saturday, May 20, 2023

SUAMIKU PENYEJUK HATIKU

Dia tidak terlalu tanpan namun, sedap dipandang. Kulitnya tidak putih juga tidak hitam, wajahnya bersih bersinar karena tak lepas dari wudhu. Postur tubuhnya yang tegap dengan tinggi 172 cm menjadikan aku lebih percaya diri karena merasa terlindungi jika berdampingan dengannya. Dia tidak sarjana sepertiku yang kini sudah Master, juga bukan seorang pegawai negeri. Dia pun bukan pegawai swasta, pedagang, ataupun petani. Namun, dia bisa mencukupi segala kebutuhan kami, istri dan anak-anaknya. Penghasilan dari bisnisnya dalam mengelola lahan yang dijadikan sebuah perumahan cukup membuat kami bisa hidup dengan layak. Walaupun semuanya tak mudah untuk menjadi seperti sekarang.  

Sikapnya pendiam tidak banyak bicara, apalagi terhadap orang asing. Jika bicara cukup hal yang penting saja. Sikap itu tidak berlaku terhadap aku istrinya, bersuara dan tangannya selalu usil, sedikit jahil sehingga mampu membuat gaduh jika berlebihan dilakukannya, aku pasti berteriak karena tidak tahan supaya dia mau menghentikan tingkahnya. Dia mampu mengobati rasa lelahku, sepulang sekolah aku selalu disambut dengan senyuman, bahkan pelukan hangat. Aku diperlakukan seperti anak-anak sehingga aku sangat nyaman jika bersamanya.

Usia perkawinan kami sudah 26 tahun. Kami memiliki dua orang putri. Yang Sulung baru menyelesaikan studinya sebagai sarjana komputer pada November 2022 yang lalu, sedangkan Si Bungsu baru saja menamatkan bangku SMA dan sekarang masih mengikuti tes UTBK untuk masuk perguruan tinggi. Memiliki anak yang sudah besar-besar dan cukup dewasa cukup membuat kami bahagia dan bangga terhadap mereka. Namun, mereka merantau di pulau seberang sehingga membuat rumah hening, tentu kami kesepian. Hal ini berdampak dengan sikap suami terhadapku yang semakin lengket kayak perangko. Sebenarnya dia tidak banyak berubah, dari dulu sudah seperti itu, sangat penyayang. terkadang anak-anak sering memisahkan tangan kami karena selalu bergenggaman ketika berjalan di tempat umum alasan malu terhadap teman-temannya. Namun, suamiku malah beralih memegang pundakku dan anak-anakku sedikit mencibir dengan berkata, “Dasar, Bucin... Budak cinta.” Kamipun tersipu mendengar cibiran mereka.

Seiring perjalanan waktu sekian banyak permasalahan yang telah kami lalui membuat kami semakin dewasa, matang dalam berpikir dan bertindak. Kebersamaan dan rasa tanggung tanggung jawab terhadap permasalahan kami hadapi dengan penuh kesabaran. Tidak ada rumah tangga yang tidak dihinggapi masalah ataupun cobaan. Sabar dan salat sebagai perisai agar bisa kami menjalani dengan tenang dan tabah. Sikap dewasa dari suamiku cukup menjadi penenang dalam jiwaku yang berkecamuk. Dari dia aku belajar untuk menjadi lebih dewasa dan bijak. Dia selalu menemani dan membantuku melakukan beberapa pekerjaan. Sikapnya yang romantis menambah kedamaian. Dia selalu memelukku dalam kondisi apapun, hampir setiap kami berpapasan di dalam rumah aku dipeluk bahkan diciumnya untuk menunjukkan rasa sayangnya. Tak terkecuali saat kami berjamaah, di atas tikar sajadah setelah iqomah dia selalu menjulurkan tangannya membantuku untuk bangkit dari tempat duduk dan dia memeluk serta mencium keningku terlebih dahulu sebelum kami memulai sholat. Betapa indahnya hari-hariku bersamanya semoga suamiku tetap sehat, sejahtera, dan dirahmati umur yang panjang. Semoga kami mejadi keluarga yang samawa hingga akhir hayat. Alhamdulillah, Baiti Jannati impianku kini terwujud. Barakalallah

Tuesday, January 10, 2023

Belajar Menulis antara Dua Pulau

 


   
Resume            : Ke-1, 

    Gelombang       : 28

    Hari/Tanggal      : Senin, 09 Januari 2023

    Tema                 : Menulis Setiap Hari

    Nara Sumber     : Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd

    Moderator          : Dail Ma’ruf, M.Pd

    Peserta              : Ermayanti

 

Assalamu'alaikum ww. sebelum saya menuangkan resume pertemuan pertama izinkan saya menceritakan sedikit penyebab keterlambatan saya mengirim atau merespon tugas-tugas dalam pelatihan ini.  

       Saya seorang kepala sekolah yang memiliki keluarga berada di dua tempat, yaitu Mataram dan Sumbawa. saya tugas di Sumbawa tinggal bersama anak bungsu sekarang duduk di kelas XII sedangkan ayahnya tinggal di Mataram bersama si sulung yang baru saja wisuda sarjana S1 di awal Desember 2022 yang lalu. Hidup di dua tempat membuat saya sedikit kelabagakan dengan tugas-tugas, antara karier dan kehidupan berusaha untuk menyelaraskannya, selalu bersyukur dan menjalani dan menikmati apa adanya. 

       Pembukaan seremonial pada tanggal 7 Januari 2023 yang lalu merupakan waktu yang bersamaan dengan waktu saya berangkat ke Mataram dari Sumbawa yakni pukul 14.00.  Saya mengambil trevel jam itu karena sudah selesai kegiatan sekolah. Perjalanan Sumbawa-Mataram kurang lebih 7 jam, sehingga pukul 20.00 Wita kondisi saya masih di perjalanan dengan cas yang minim.  

        Perjalanan libur itu, saya minti izin sehari untuk tidak masuk sekolah karena ada yang harus saya selesaikan terkait urusan suami. Senin sore saya balik ke Sumbawa, juga kondisi yang sama ketika pertemuan pertama berlangsung saya masih di perjalanan, namun saya aktif ikuti materi dan membacanya   walau sedikit tidak fokus kendala sinyal timbul tenggelam di tengah laut saat penyeberangan dan melalui wilayah blank spot tambah lagi mata yang tak sanggup untuk diajak kompromi utk chat ketika sesi diskusi jangakan langsung kirim resume. 

       Alhamdulilllah, walalu demikian saya tetap berusaha menjalankan tugas mengumpulkan resume pertemuan pertama hasil membaca materi yang disampaikan oleh Omjay yang sengaja saya bintangin supaya tidak terhapus serta menengok blog teman-teman yang dilaporkan untuk menambah materi ketika ada yang terlewatkan saat saya bintangin.

        Baik kawan seperjuangan berikut resume yang bisa saya tangkap dari hasil materi pada pertemuan pertama.     Pelatihan KBMN 28 pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 9 Januari 2022 dimulai dengan pembukaan dan perkenalan oleh moderator dan penjelasan tentang waktu kegiatan.  Kegiatan terbagi dalam dua sesi yakni sesi penyampaian materi dan sesi diskusi atau tanya jawab. Setelah berdoa kami masuk ke materi pertama dengan judul "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang akan Terjadi" yang akan disampaikan oleh Dr. Wijaya Kusumah dengan nama keren Om Jay, beliau Guru Blogger Indonesia. Sebelum menyampaikan materi, Nara sumber memperkenalkan diri. Kita diminta membuka link https://wijayalabs.com/about. sayangnya link tersebut saya tidak bisa membukanya, demikian pula dengan moderator dalam kondisi yang sama. sebagai penggantinya Om Jay mengirim Channel YouTube Omjay https://YouTube.com/wijayalabs dan https://wijayalabs.wordpress.com serta https://wijayalabs.blogspot.com 

    kami diarahkan untuk membaca materi melalui blog Om Jay pada link http://wijayalabs.blogspot.com/2023/01/menulislah-setiap-hari-dan-buktikan-apa.html dan slide yang tela dikirim sebelum pertemuan. Selain itu Om Jay selalu menyemangati kami untuk selalu menulis dan menulis setiap hari sebelum kita mati agar kita selalu diingat oleh anak cucu bahkan orang lain karena hasil coretan tangan kita yang kita tuangkan dalam buku. Omjay mengirim motivasi tersebut dengan membuka Kompasiana melalui link  https://www.kompasiana.com/wijayalabs/63bae6b643a84b1ed7292bd2/buatlah-buku-sebelum-mati. Mulailah menulis dari apa yang kita sukai dan kuasi, lanjut Omjay mengarahkan kami. Rahasia bisa menulis setiap hari adalah adalah dengan cara membaca tulisan orang lain atau mengunjungi blog orang lain serta memberikan komentar. Faktor lain yang menjadikan kebanyakan orang tidak bisa menulis karena malas membaca tulisan orang lain atau kita merasa tulisan kita yang paling hebat.  Di atas langit masih ada langit’. Kita harus melepaskan baju kesombongan kita.  

       Om Jay juga menceritakan rahasia di balik kesuksesannya yang diawali dengan bertemu seorang blogger terkenal dan beliau adalah seorang kepala sekolah SMK di tahun 2007 yang mengantarkan beliau hingga mendapatkan hadiah pengayaan Depdikbud sebesar Rp. 20.000.000. dari situ Beliau menjadi tahu apa itu blog dan mendapat juara pertama lomba blog dari pusat bahasa tahun 2009. Berkat karya-karyanya, beliau diundang ke istana negara oleh Presiden Jokowi. dalam kesempatan bertemu presiden beliau megusulkan agar tiap sekolah dapat fasilitas internet gratis utk menunjang KMB digital sehingga banyak guru yang menjadi blogger. 

 

        Setelah materi tersampaikan selama satu jam, WA Group kembali dibuka agar para peserta bisa mengikuti sesi beritkunya yakni diskusi. hasil diskusi/tanya jawab mampu menjawab rasa penasaran para peserta yang masih galau terhadap tugas-tugas dalam KBMN-28 diataranya :

a.    Ketentuan penulisan dan pengiriman resume

b.    Penjelasan tentang penulisan pada Blog dan Kompasiana

c.    Cara memotivasi diri dalam menulis 

d.  Bagaimana menjadi penulis yang baik

 

 Demikian resume ke-1 ini saya susun, walau tersendat-sendat alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik. semoga saya bisa bertahan mengikuti tahap berikutnya sehingga asaku  menjadi penulis dan menghasilkan buku minimal dapat menjadi penunjang karierku, sebagai bahan keaikan pangkat menuju jenjang IV/b.

Terima kasih

 

Ermayanti, S.Pd.,M.Pd.

Di Balik Kisah Guru yg terkucilkan

“Adi… keluar sebentar, ambil ini... aku di depan pagar”.  Suara lantang terdengar setelah ku menjawab salamnya melalui handphone...